Ternyata
Hujan Memiliki Warna
Semakin
malam terasa semakin dingin. Ditambah lagi dengan jutaan bahkan ribuan tetes
air yang dijatuhkan oleh langit. Berharap dapat melihat bintang yang berhias
disamping bulan dengan indahnya, tapi itu segera sirna. Hanya langit malam yang
kelam dan semakin gelap. Suasana ini mengingatkan ku pada perasaan yang mungkin
semakin hari bertambah abu-abu. Aku berada diantara mereka yang tersenyum,
mereka yang bersemangat, mereka yang selalu ceria. Aku pun berusaha bisa hadir
dan mengikuti mereka. Meskipun memakai
topeng, tapi aku harus sepenuhnya memerankan topeng ini dengan harapan aku bisa
benar-benar lupa dengan kelabu yang ada walaupun hanya sejenak. Ya…ku pakai
terus topeng ini selama 2 hari di Kota Trawas ini.
…
Hari masih
pagi yang masih ditemani hawa sejuk bahkan matahari mungkin masih menikmati menyinari
Negara lain. Tapi aku sudah terbangun dan mempersiapkan semuanya untuk segera
berangkat. Ada yang berbeda dengan pagi ini. Aku berjalan kaki menuju ke kampus
perjuangan. Bersama dengan kawan seperjuangan yang tinggal disatu atap, aku
melewati sungai kecil, jalanan becek, dan bahkan memaksa melewati tanah yang
membuat sepatu ku berhias motif coklat. Ini lah yang berbeda, karena ini adalah
pertama kalinya aku berangkat berjalan kaki menuju kampus dan terlebih lagi
hari ini adalah hari yang istimewa.
Hufftt…Sesampainya
dikampus, capek memang, tapi rasa capek terkalahkan dengan semangat ku.
Ternyata di Hall telah ramai. Aku berjumpa dengan kawan-kawan yang senasib dan
seperjuangan. Berlari aku menghampiri dan masuk kedalam barisan. Brifing
sejenak. Di tengah brifing, entah kenapa mata ku digerakkan oleh hati untuk
mencarinya. Akhirnya kutemukan dia yang ternyata berada disamping kiri ku yang
hanya berjarak 5 kawan yang lain. Stop…ku
berhentikan mata ku untuk melihatnya. Kembali ku fokuskan konsentrasi ku kepada
sang ketua EBO Bidik Misi. Selang beberapa menit, permasalahan muncul. Marah
yang mengagetkan bahkan mungkin tak pernah disangka oleh semuanya sebelumnya.
Ya..mungkin memang Karena telah keterlaluan kawan-kawan ku hingga sedikit
mengecewakan. Beruntung Sang Ketua memanglah pemaaf dan sabar. Masalah itu
berhasil diredam dan dilanjutkan sarapan bersama.
Perut
terisi membuat kami lebih bersemangat lagi. Dengan menaiki disang yang telah
disediakan kami meluncur ke kota dataran tinggi, Trawas. Perjalanan yang
benar-benar menyenangkan. Aku berkenalan dengan semua teman baru yang berada
dalam satu disang. Mereka semua telah ku anggap sebagai keluarga. Ternyata
mereka semua memilki keunikan bahkan saat mereka tidur. Iseng, ku video saat
mereka tidur. Ya..sebagai portofolio kenangan. Karena begitu menikmatinya perjalanan, tak terasa sampailah kami di
tujuan. Perjalanan yang menyenangkan ditemani hujan.
Sambutan
hangat dari para panitia dan dosen pendamping, mengalahkan hawa dingin. Ku
mantapkan hati untuk menenpis rasa, agar ttidak mengacaukan segalanya. Segeralah
kami menuju barak sebagai tempat melepas lelah. Tapi dugaan ku meleset. Karena setelah
itu bukanlah waktu untuk beristirahat tapi kegiatan yang pertama. Pembukaan.
Dilanjutkan
dengan serangkaian kegiatan lain. Prinsip ku, harus selalu aktif dan melakukan
yang terbaik mampu menaklukan hati untuk menepiskan tentang dia. Sampai ketika
saat untuk makan bersama datang, dia kembali melakukan hal yang mebuat ku
bingung. Paparazi, mungkin itu benar-benar bukanlah hal yang baik. Tapi itu dia
lakukan dan ketika aku makan. Entah apa yang ada difikirannya hingga dia
melakukan itu. Ku coba menganggap itu biasa saja, meskipun beberapa kali ku
dengar ocehan para kawan terdekatnya. Ya..sekali lagi ku ucapkan dalam diri ku.
Aku harus bisa menepiskan rasa untuk sementara agar tidak mengacaukan
segalanya.
Kegiatan-kegiatan
yang telah terangkai satu per satu telah terlaksana dengan lancar. Berbagai ilmu,
pengalaman dan mungkin kennagan yang tak kan terlupakan perlahan memenuhi
memori ingatan. Ditengah kesibukan kegiatan, jujur saja aku berdoa akan ada waktu
aku bisa bersama dia. Tapi, ahh sudahlah itu hanya harapan semata. Saat ketika
mengabadikan foto bersama kawan yang berada dalam satu departemen, aku tau dari
belakang, kamu memperhatikan ku hingga saat hendak foto bersama, kamu memilih
jarak yang terdekat dengan ku. Bingung…kembali
bingung. Tapi seperti sebelumnya, ya sudahlah aku mencoba menepiskan pertanyaan
yang ada.
Games
membuat menara, menggiring ku pada kejadian yang membuat ku cemberut mengerut
mulut. Salah seorang kawan meminta ku untuk memfotonya, yang ternyata dia
adalah teman sekelompoknya. Ketika aku sampai di menara yang telah diabuat
timnya, sial..aku tidak menemukan teman ku melainkan hanya dia yang mencoba
merenovasi menara. Dia melempar senyum dan tatapan mata. Tatapan mata yang dulu
membuat ku merasakan hal yang berbeda. Niat ku hanya bercanda, tapi yang ku
dapat, dia marah. Bego…kata yang terlintas difikiran ku. Andai
tidak ada bercanda seperti tadi, mungkin aku bisa kembali memiliki fotonya. Penyesalan
itu terus terngiang hingga memasuki acara yang seharusnya untuk
bersenang-senang. Ku dobrak pintu yang menghalangi ku untuk menikmati suasana.
Aku pun harus menikamti suasana setidaknya agar penyesalan yang lain tidak akan
hadir.
Masih terus
ditemani hujan, akhirnya semua berakhir. Aku berusaha untuk terus tidak
mengingatnya, segala penyesalan dan semuanya. Tapi terkadang kehadiran hujan,
juga membawa kehadiran dia dalam fikiran ku. Ya…ini lah
warna hujan ketika aku masih menjadi mahasiwa baru. Dan dua hari itu tak kan
pernah terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar